Hijrah Nabi Jadi Awal Kalender Islam, Begini Cerita dan Hikmah Muharram
![]() |
Ilustrasi - Beribadah di Bulan Muharram dalam memuliakan bulan Allah tersebut. dok. Pexels.com/Naufal Fawwaz Assalam |
Bulan Muharram sendiri memiliki keutamaan khusus. Kata Muharram berarti “yang diharamkan” atau “yang dimuliakan”. Pada masa jahiliyah pun, masyarakat Arab sudah menghormati bulan ini dengan tidak melakukan peperangan atau pertumpahan darah.
Tahun Baru Islam selalu membawa pesan mendalam bagi umat Muslim. Tidak hanya sebagai penanda pergantian tahun dalam kalender Hijriyah, tetapi juga momentum untuk merenungi makna hijrah yang sesungguhnya. Di balik penetapan kalender Islam, ada sejarah menarik yang dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW. Lalu, bagaimana kisah lahirnya kalender Hijriyah? Mengapa bulan Muharram begitu istimewa? Berikut ulasannya.
Awal Mula Kalender Hijriyah
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab RA, seorang gubernur bernama Abu Musa Al-Asy’ari mengirim surat kepada beliau. Isi surat itu menyampaikan kebingungan dalam mengarsipkan dokumen karena tidak adanya penanggalan tahun yang jelas. Saat itu, masyarakat Arab hanya menandai peristiwa dengan tanggal dan bulan tanpa tahun, sebagaimana ketika Nabi Muhammad lahir yang dikenal sebagai Tahun Gajah.
Khalifah Umar kemudian mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah. Beberapa sahabat mengusulkan agar kalender dimulai dari kelahiran Nabi atau saat beliau menerima wahyu pertama. Namun, usulan Ali bin Abi Thalib RA yang memilih peristiwa hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah sebagai awal penanggalan akhirnya disepakati.
Hijrah dipandang sebagai momen penting karena menjadi titik balik perjuangan umat Islam. Dari situlah lahir kalender Islam yang kita kenal dengan nama kalender Hijriyah, dan Muharram dipilih sebagai bulan pertamanya.
Mengapa Muharram Dimuliakan?
Bulan Muharram sendiri memiliki keutamaan khusus. Kata Muharram berarti “yang diharamkan” atau “yang dimuliakan”. Pada masa jahiliyah pun, masyarakat Arab sudah menghormati bulan ini dengan tidak melakukan peperangan atau pertumpahan darah.
Allah SWT menegaskan dalam Al-Quran bahwa ada empat bulan yang dimuliakan, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dalam QS. At-Taubah: 36, Allah berfirman:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan… di antaranya empat bulan haram. Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian pada bulan-bulan itu…"
Selain itu, Rasulullah SAW menyebut Muharram sebagai bulan Allah. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah pada bulan Allah, Muharram.” (HR. Muslim).
Hikmah Muharram dan Semangat Hijrah
Tahun Baru Islam bukan hanya tentang pergantian angka, tetapi juga kesempatan untuk berhijrah menuju kebaikan. Hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah bukan sekadar pindah kota, melainkan langkah besar untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik.
Hijrah juga berarti meninggalkan kebiasaan buruk menuju kehidupan yang lebih taat dan bermanfaat. Kita diajak untuk merenungi, sudah sejauh mana kita memperbaiki diri, menjaga akhlak, dan mendekat kepada Allah SWT.
Momentum tahun baru hijriyah juga mengajarkan kita tentang keberanian dan optimisme. Nabi dan para sahabat menghadapi rintangan besar saat berhijrah, tetapi mereka tetap yakin akan pertolongan Allah. Semangat inilah yang seharusnya kita contoh, tidak mudah menyerah dan selalu percaya pada kebaikan di balik setiap ujian.
Amalan yang Dianjurkan di Bulan Muharram
Supaya Muharram tidak berlalu begitu saja, umat Islam dianjurkan memperbanyak amal baik. Beberapa amalan yang bisa dilakukan antara lain:
1. Puasa Sunnah
Rasulullah sangat menganjurkan berpuasa di bulan ini, terutama pada hari ke-10 Muharram yang dikenal sebagai Hari Asyura. Puasa Asyura dipercaya dapat menghapus dosa setahun yang lalu. Beliau juga menyarankan untuk menambahkan puasa sehari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Muharram (Tasu’a), untuk membedakan diri dari kaum Yahudi.
2. Memperbanyak Sedekah
Sedekah juga menjadi amalan utama di bulan ini. Allah menjanjikan pahala berlipat ganda bagi siapa saja yang bersedekah, apalagi kepada mereka yang membutuhkan seperti anak yatim.
3. Introspeksi Diri
Muharram menjadi momen tepat untuk melakukan muhasabah, mengevaluasi diri, dan menyusun target untuk menjadi pribadi yang lebih baik di tahun berikutnya.
Mari jadikan Muharram sebagai awal yang baru untuk menapaki jalan kebaikan. Seperti Nabi dan para sahabat yang berjuang dengan penuh keyakinan, kita pun bisa memulai hijrah kita sendiri — hijrah dari gelap menuju cahaya, dari keburukan menuju kebaikan.***
No comments